Mengapa pentingnya mengawali
komunikasi yang baik dalam perusahaan ? , karena dalam mengawali sebuah
komunikasi yang baik dan benar dapat menentukan berjalannya roda perusahaan
kedepan , hindari perbuatan yang tidak menyenangkan dari kita pada customer ,
bahkan dalam kompin keras pun kita harus siap dan tetap menjawab semua itu
dengan keramahan dan santun dalam bertutur, jangan sekalipun kita mengabaikan
dan menyepelekan penelpon karena siapa yang tahu bahwa dia adalah calon tulang
punggung perusahaanmu kelak ?
Keterampilan
menerima telepon secara profesional dapat mempengaruhi kesuksesan suatu
bisnis. Telepon masih menjadi salah satu alat utama dalam menjalin
hubungan dengan pihak lain, terutama customer, baik melalui telepon
kantor maupun telepon genggam. Maka dari itu, cara kita dan perusahaan
kita menjawab telepon akan membentuk kesan pertama dalam benak customer
terhadap kita dan perusahaan kita.
Berikut adalah beberapa tips menerima telepon secara lebih profesional:
Maksimal Tiga
Jawablah
panggilan telepon secepat mungkin. Beberapa perusahaan memberlakukan
peraturan bahwa setiap panggilan telepon yang masuk harus diangkat
maksimal dalam tiga dering.
Ramah dan Hangat
Suara
kita adalah satu-satunya bentuk komunikasi yang diterima oleh customer
melalui telepon biasa. Terkadang kita bersikap waspada saat menerima
panggilan dari nomor yang tidak dikenal akibat maraknya penawaran kartu
kredit atau kredit tanpa agunan. Akibatnya secara tidak sadar kita akan
cenderung terdengar kurang yakin saat menjawab telepon. Walaupun kita
tidak mengenali nomor penelepon, sebaiknya kita selalu menjawab semua
panggilan telepon dengan ramah dan hangat.
Bicara sambil Senyum
Senyum
dapat tercermin dalam kualitas suara yang kita sampaikan pada customer.
Orang di sisi telepon lain akan dapat “mendengar” senyuman kita. Maka,
berbicaralah sambil tersenyum seolah-olah Anda sedang langsung
berhadapan dengan orang tersebut.
Perkenalkan Diri dan Perusahaan
Biasakan
menjawab telepon dengan salam kemudian menyatakan nama dan perusahaan.
Dengan demikian, penelepon tidak perlu lagi menanyakannya. Dalam
beberapa perusahaan, semua karyawan diwajibkan menerima telepon dengan
cara demikian sehingga timbul konsistensi saat menerima telepon dari
pihak lain, baik internal maupun eksternal.
Komunikasi Efektif
Seringkali
gangguan bukan karena saluran telepon Anda. Berbicaralah secara jelas
dengan volume suara dan tempo yang cukup sehingga penelepon dapat
memahami Anda. Hindari penggunaan istilah yang terlalu nonformal.
Minimalisir bahkan hilangkan suara pengisi jeda seperti eh, hm, he-eh,
gitu deh, tahu khan dan sebagainya.
Kata Positif
Sebisa
mungkin gunakan kata-kata yang berkonotasi positif seperti “saya akan
mencari tahu untuk Anda” daripada “saya tidak tahu”.
Pesan Lengkap dan Akurat
Jika
Anda menerima telepon untuk orang lain yang sedang berhalangan atau
tidak ada di tempat, maka bantulah penelepon sebisa mungkin atau paling
tidak catatlah pesan serta nomor kontak untuk dihubungi kembali.
Kemudian, pastikan pesan telepon tersebut disampaikan pada orang yang
tepat dan telah ditindaklanjuti secara tuntas.
Tindak Lanjut Cepat
Jika ada
panggilan telepon saat Anda tidak berada di tempat, tindaklanjutilah
semua pesan telepon Anda secepatnya. Jika memang belum sempat
menyelesaikan permintaan customer pada hari itu, paling tidak
informasikanlah pada customer bahwa Anda telah menerima pesan teleponnya
dan akan menyelesaikan permintaan dia. Dengan demikian, customer tidak
akan merasa perlu menelpon Anda kembali untuk memastikan apakah pesannya
telah disampaikan pada Anda.
Speaker Phone
Hindari
menggunakan speaker phone kecuali memang terpaksa. Menggunakan speaker
phone berarti customer akan dapat mendengar berbagai suara latar
belakang seperti rekan kerja yang bercakap-cakap, musik dari radio, dan
sebagainya secara lebih jelas. Customer juga akan mendapat kesan bahwa
panggilan teleponnya dianggap kurang penting karena Anda melakukan
berbagai aktivitas lainnya.
Dengan
menggunakan speaker phone, informasi yang disampaikan customer akan
dapat terdengar oleh orang lain selain Anda. Akibatnya, customer mungkin
akan merasa kurang nyaman dan akan cenderung berhati-hati dalam
berbicara.
Bukan
berarti menggunakan speaker phone adalah tabu. Speaker phone dapat
digunakan jika terdapat lebih dari dua pihak yang ingin terlibat dalam
pembicaraan. Namun tentunya kita perlu meminimalisir gangguan suara
latar belakang dengan menggunakan ruangan tertutup.
saja. Alasan kedua, karyawan atau staf organisasi tidak mendorong munculnya komplain atau feedback dari customer. Hal ini terjadi karena banyak karyawan yang memiliki masalah dengan “hearing a complain as feedback”. Meskipun mereka mau mendengarkan komplain atau feedback, akan tetapi karyawan mempersepsikan hal tersebut sebagai sebuah ”serangan” pada self-esteem
mereka. Karyawan tidak mampu membedakan komplain customer sebagai isu
yang berhubungan dengan pekerjaan dan bukan isu siapa mereka sebenarnya.
Dengan
demikian, kapabilitas untuk mendengarkan dan belajar dari komplain
merupakan keterampilan yang harus dikembangkan oleh setiap karyawan,
terutama karyawan front-liner. Mengurangi komplain secara
tradisional disamakan dengan meningkatkan layanan. Sebab, diasumsikan
kalau tidak ada customer yang komplain berarti layanan yang diberikan
minimal sudah sesuai dengan keinginan mereka. Faktanya, justru cara
paling baik untuk membangun kultur customer-focused adalah
melalui peningkatan komplain. Memang dengan adanya komplain merupakan
sebuah pertanda adanya ketidakpuasan. Apabila hal tersebut tidak
ditindaklanjuti, customer akan pindah ke pemasok dan atau merek produk
atau jasa yang lain. Akan tetapi yang paling berbahaya adalah, customer
tidak melakukan tindakan apapun kepada organisasi. Secara diam-diam
mereka “menghukum” organisasi dengan cara “pindah” ke organisasi yang
lain, organisasi yang mereka pandang akan memberikan kepuasan kepada
mereka. Adanya perilaku “switching” secara diam-diam ini
menyebabkan organisasi tidak memiliki kesempatan untuk mempertahankan
customernya. Organisasi tidak memiliki informasi apapun mengenai mengapa
mereka tidak puas dan tidak mau menyampaikan komplain.
Silahkan Komplain
Cara tercepat untuk mengembangkan kultur customer-focused
adalah dengan menghasilkan komplain itu sendiri. Untuk itu organisasi
dapat memulainya dengan mengkomunikasikan kepada karyawan kebutuhan
untuk membentuk hubungan (relationships) dengan customer, Bahwa pelanggan atau customer adalah sebagai mitra (partners).
Jadi, menjadi tugas karyawan untuk memfasilitasi agar setiap customer
mau mengekspresikan komplain mereka. Karyawan sebagai ujung tombak
perusahaan, yang secara langsung berhubungan dengan customer, merupakan
titik kritis untuk meningkatkan jumlah komplain. Ada beberapa hal yang
dapat dilakukan antara lain, Organisasi perlu menolong karyawan agar
memandang komplain sebagai sebuah kesempatan. komplain hanyalah sebuah
cara lain untuk melakukan sesuatu – bukan masalah baik atau buruk, benar
atau salah.
Memperkuat
kultur organisasi agar mempersepsikan komplain sebagai kesempatan.
Sebagai contoh: setiap karyawan ditantang untuk melihat berapa jumlah
komplain yang dapat mereka kumpulkan dalam waktu satu minggu; para
penyelia (supervisor) menilai prestasi bawahannya dengan menggunakan
jumlah komplain sebagai salah satu variabelnya. Pelanggan atau customer
akan berbicara ketika mereka merasakan adanya kemauan untuk mendengarkan
– ketika terdorong untuk merespon. Daripada membuat sapaan kepada
pelanggan atau customer yang bersifat retoris, lebih baik membuat sapaan
yang mendorongnya untuk menjawab. Organisasi dapat mendorong karyawan
untuk menuliskan isu-isu tentang customer. Kalau isu tersebut tidak bisa
direspon dengan segera, berilah jaminan untuk meresponnya dalam waktu
48 jam. Kalaupun isu tersebut benar-benar tidak dapat dicari jalan
keluarnya, organisasi tetap berhutang pada respon customer tersebut.
Masukan positif
Tidak
mengherankan bila komplain customer semakin mendapat perhatian dari
setiap organisasi. Komplain customer bisa menghasilkan informasi bagi
organisasi, dan secara khusus dapat digunakan alat pemonitor bagi
efektivitas program customer service. Perlu diketahui bahwa biaya
untuk mendapatkan customer baru 5(lima kali) lebih mahal daripada
mempertahankan 1(satu) customer yang sudah ada. Jadi, lebih baik
memuaskan kembali customer yang mengalami masalah atau komplain,
daripada mendapatkan customer baru. Selain itu, hasil penelitian
membuktikan bahwa perlakuan yang tepat pada customer yang komplain akan
membuat mereka jauh lebih puas (bahkan sampai tahap delight) dan loyal dibanding dengan customer yang tidak menyampaikan komplain.
Oleh
karena itu, apabila ada pelanggan atau customer yang komplain, situasi
ini memberi kesempatan kepada organisasi untuk melakukan pemulihan jasa (service recovery). Pada saat ini, pemulihan jasa telah menjadi komponen utama dari keseluruhan pemberian jasa (overall service delivery).
Pelanggan atau customer yang komplain bisa berubah menjadi customer
yang loyal apabila organisasi dapat menangani komplain tersebut dengan
sebaik-baiknya.
Sebagian orang menjawab telepon dengan cara seperti ini:
"PT ABC... di sini Amelia, Ada yang bisa dibantu?"
Seseorang menelepon sudah pasti ada maksud dan tujuan tertentu. Karena itu sudah pasti ada yang bisa dibantu. Supaya tidak bertele-tele kalimat ada yang bisa dibantu, sebaiknya dihilangkan. Sehingga komunikasi kita lebih efektif.
"PT ABC... di sini Amelia, Ada yang bisa dibantu?"
Seseorang menelepon sudah pasti ada maksud dan tujuan tertentu. Karena itu sudah pasti ada yang bisa dibantu. Supaya tidak bertele-tele kalimat ada yang bisa dibantu, sebaiknya dihilangkan. Sehingga komunikasi kita lebih efektif.
Penelitian menunjukkan bahwa sesorang akan mengingat kata terakhir yang mereka dengar, ketika Anda menjawab telepon. Karena itu sebutkan nama Anda diakhir kalimat dengan tehnik "Intonasi Meninggi", yaitu tehnik meninggikan volume sekaligus nada suara Anda. Penelitian menunjukkan bahwa jika Anda melakukan hal ini, 86% penelepon akan dapat mengingat nama Anda dengan mudah, sementara hanya 6% saja yang dapat mengingat nama Anda, jika anda menggunakan kalimat klise " Ada yang bisa dibantu".
Oleh karena itu mulai sekarang sebaiknya jawablah telepon dengan cara seperti ini:
"PT ABC, di sini Amelia."
Jangan lupa, gunakan tehnik intonasi meniggi saat menyebutkan nama Anda. Dengan cara seperti itu penelepon akan terpancing untuk menyebutkan namanya juga. Dan hubungan yang lebih akrab pun akan mudah terjalin.
Berikut tata cara sederhana menerima Telpon atau contoh cara menerima telvon
- Angkat gagang telepon dengan tangan kanan.
- Ucapkan salam kepada si Penelepon.
- Menanyakan maksud dari si Penelepon.
- Menjelaskan maksud atau tujuan si Penelepon dengan jelas, singkat, dan mudah di mengerti.
- Setelah si Penelepon merasa cukup atas informasi yang kita berikan, maka menanyakan kembali apakah masih ada yang bisa di bantu.
- Jika tidak, ucapkan salam penutup dengan sopan dan mengucapkan terima kasih.
- Letakkan gagang telepon dengan benar.
Salam HangatTSA
0 comments:
Post a Comment