Sunday, June 02, 2013
0
SAYAP indah mengepak sempurna di antara rumpun bunga zinnia di salah satu taman sudut kota. Gerakannya lincah, hinggap di kelopak bunga satu ke kelopak bunga lainnya. Gerakan memutar, meluncur, terlihat begitu indah bagi setiap mata yang memandang. Semua mata penghuni taman itu pun tertuju pada sosok Kiza si kupu-kupu.

"Kiza sangat cantik ya, kapan aku punya sayap seindah itu. Aku juga ingin terbang dan hinggap di bunga-bunga seperti Kiza," ungkap Cica si cacing yang baru saja keluar dari tanah.
"Ya ampun Cica, kamu nggak usah bermimpi untuk punya sayap deh. Kamu itu cacing, sampai kapan pun sayap nggak akan tumbuh di punggungmu," semprot Sisi semut sewot.

Tak berapa lama, Kiza menghampiri rumpun bunga zinnia yang berada tak jauh dari Cica dan Sisi. Keduanya kemudian menyapa Kiza dengan ramah. Bahkan dengan senyum terindah. "Halo Kiza," sapa keduanya kompak. Tapi apa yang terjadi? Kiza sama sekali tidak membalas sapaan Cica dan Sisi. Kiza malah terlihat asyik dengan bunga-bunga yang ada di taman itu.

Dalam benak Kiza, Cica dan Sisi bukanlah teman yang cocok. Cica si cacing yang gemar berada di dalam tanah dianggapnya sangat menjijikkan. Sisi si semut pun dinilainya tak pantas menjadi teman bermainnya. Tubuhnya yang kecil tak sebanding dengan tubuh Kiza yang indah. Bahkan dengan angkuhnya Kiza pergi meninggalkan Cica dan Sisi tanpa mengumbar senyum atau pun menyapa.

"Cantik tapi kok sombongnya," ujar Cica sedih. "Sudahlah, tak perlu ditanggapi makhluk sombong seperti itu. Kita cari teman lain saja. Masih ada Bela si belalang. Dia baik kok," ungkap Sisi semut menghibur.
"Hai semua," sapa Bela belalang yang tiba-tiba datang hinggap di atas daun bunga zinnia. "Kalian kok terlihat kurang semangat begitu," tanya Bela. "Iya nih, Cica lagi sedih karena Kiza tak membalas senyumnya," cerita Sisi. "Aku benci Kiza. Aku doakan sayapnya patah,"  ujar Cica geram.
"Cica, jangan dendam begitu dong. Mungkin, Kiza tadi tidak melihat kalian. Dia kan ada di atas, sedangkan kalian di bawah, bisa saja tidak terlihat," ungkap Bela menenangkan.

Bela pun terbang mengikuti bocah itu dan menggigit tangannya. Seketika bocah itu berhenti mengejar Kiza dan meringis kesakitan. Bocah itu akhirnya kembali ke tempat duduknya semula menemui ibunya. "Terima kasih Bela, kamu sudah menyelamatkan aku," ujar Kiza. "Maafkan aku juga Cica, Sisi karena aku sombong pada kalian," tambahnya.

Mulai saat itu Kiza kupu-kupu tak lagi sombong. Bahkan berteman baik dengan Bela belalang. Cica dan Sisi pun selalu disapanya. Keakraban Kiza dan Bela pun terdengar seantero taman. Saking terkenalnya, bahkan kedekatan mereka berdua diabadikan dalam sebuah lagu. Pok ame-ame belalang kupu-kupu. Siang makan nasi kalau malam minum susu. Lagu ini tak hanya dinyanyikan di taman itu saja, tapi juga kerap dinyanyikan anak-anak hingga saat ini. (**)

Penulis Heri Aprizal ( Bengkulu )


Salam

TSA









0 comments:

CARI ARTIKEL LAIN

TEKNIK

More on this category »

KEHIDUPAN

More on this category »

PEKERJAAN

More on this category »