EQ (Emotional Quotient)
Ilustrasi: 1
Seandainya anda saya kasih uang 500.000 rupiah, tentu anda dg senyum langsung menjawab: terima kasih dan ambil duit itu.
Ilustrasi 2:
Seandainya, saya punya uang 50.000.000, dan uang itu saya akan kasih ke anda dan teman anda, dg syarat: teman anda yg menentukan pembagian uangnya dan anda yg menyetujuinya, jika anda tdk setuju maka saya batal kasih uangnya.
Seandainya teman anda memutuskan bahwa dia menerima 49.500.000 dan anda hanya menerima 500.000. Apakah anda bisa menyetujui pembagian itu? Kl anda tdk setuju maka saya batal kasih uang tsb pd anda berdua. Bagaimana? Apa keputusan anda?
Bingung?
Marah?
Sebel?
Jengkel!!! Kok bisa ya temen anda buat keputusan spt itu!!!
Ah, lebih baik ngak dapat deh dua2, toh 500.000 kecil nilainya, tapi harga diri saya mau ditaruh di mana kl menyetujui keputusan tsb, apalagi dia teman saya.
Apakah hal tsb yg ada di benak anda?
Manusia Mahluk Sosial,
Saya yakin, banyak yg setuju dg keputusan anda utk menolak uang 500.000 tsb krn teman anda sdh berbuat ketidak adilan.Mengapa? Krn kita ini makluk emosional, kadang keputusan kita di drive oleh emosi kita, padahal sdh di analisa dg seksama, di saat terakhir bisa saja keputusan kita berbeda dg analisa yg ada krn ada hal2 yg menyinggung emosi kita. Jika kita tdk bisa mengontrol diri maka putusan kita akan jauh dr putusan awal yg rational.... Kadang salesman yg canggih, bisa memakai masalah emosi ini utk mempengaruhi putusan customernya, meskipun secara logika customer tdk berminat dg product yg dijual...
Special thank- for Mr Andreas Sudarto ( CSUL ) for Advice In The Morning :)
Salam sukses
ANNUHSI ǁ™ᵃᵃᶰ™ǁ TSA
2 comments:
Emosi seseorang memang harus bisa dikendalikan dengan baik. Jadi kita tidak selalu menuruti keinginan, yang merupakan perwujudan dari nafsu. Thanks pak atas informasinya ya :)
Sama sama Bu Eka
kalau urusan mengontrol emosi memang tergantung pribadi seseorang ya Bu :)
mudah mudahan bermanfa'at
Post a Comment